I want people to be happy. The goal never change, just the method.

Ubuntu 12.04 LTS

UPDATE: setelah menerima feedback dari blogger "expert" gue update ini blog :{D (ganyangka viewnya lebih dari 60 *syok*)

Hari ini, gue akan sedikit membahas soal OS (operating system) bernama Ubuntu 12.04 LTS (Long Term Support), yaitu salah satu distronya Linux. Section-nya akan terbagi jadi beberapa bagian, yaitu First look, First Oprak-oprek, lalu Further oprak-oprek. Heheheheh =)

Tux the Penguin! Yay!

Anyway, kenapa aku maunya nge-review Ubuntu, bukannya Mac OS X Mountain Lion atau Windows 8? Linux, atau distro yang paling populer yaitu Ubuntu memang jarang dilirik oleh orang Indonesia. Sebenarnya, in my opinion ya, Linux sudah bagus, bahkan in some case lebih bagus dari Windows, gratis lagi. Dan tampaknya, dari seantero HighScope, aku adalah satu-satunya orang yang menggunakan Linux.

Astajim. *elus-elus kucing saya sambil nangis dramatis fantastis, lalu ada geledek* *lhaaaa*

Oke, kita mulai reviewnya.


Linux Ubuntu 12.04

-First look

Waktu gue pertama kali donlot ubuntu 12.04, first thought gue adalah: kecil banget size filenya! Jenis filenya adalah sejenis file untuk nge-burn file tersebut ke CD/DVD yang biasa disebut ISO . Soalnya ada sekitar 604 MB, biasanya file untuk menginstall OS adalah sekitar 3 GB lebih. Filenya berisi salah satunya bernama wubi.exe untuk menginstall Ubuntu. Aku nginstall ubuntu sebesar 20 GB lalu nge-dual-boot dengan windows 7 gue. (PS: kalo mau tau software dual boot, namanya easyBCD. Gratis sih, tapi hindari alat untuk menyeting file BCDnya.)

Dan, Ubuntu ini ngga punya istilah ilegal, karena OSnya sendiri udah gratis (iye bro! GRATIS!) dan selama first look ini (setelah nginstall ya) semua softwarenya, mulai dari music player ampe video editor, semuanya gratis. Ini sedikit mengejutkan gue, dan menghancurkan kepercayaan gue bahwa "di dunia ini tidak ada yang gratis ('kecuali donlot secara ilegal, bu,' pikir aku. 'tapi pasti ujung2nya bayar denda.')." Gue bahagia begitu donlot ubuntu, karena semuanya gratis--kecuali majalahnya.

-First Oprak-Oprek

>Booting
Selama sedikit ngoprak-ngoprek dunia Ubuntu, gue memperhatikan bahwa kecepatan bootingnya (mulai dari nge-enter dual boot menu ampe masuk desktop menu) hampir dua kali lebih cepat dari Windows 7. Di Vaio gue nge-booting Ubuntu cuma ampe 27 detik, sementara booting Windows 7 memakan 45 detik.

>Appearance
desktop setelah kalian login :)
Secara penampilannya, menurut gue, sedikit mirip Mac. Titlebarnya ditaro di pojok kiri atas, tapi kalo cursornya masuk ke area titlebar (ini kalo udah di-maximize) berubah jadi close-minimize-maximize menu lengkap dengan menu seperti file, edit, view, dan lain sebagainya.



Lalu, masih mirip dengan Mac, ada nama usernya di pojok kanan atas. Di sebelah kirinya, ada beberapa menu, seperti icon bergambar amplop yang berisi mail (pake Mozilla Thunderbird), messenger (mis. untuk Facebook) dan social client (mis. gwibber untuk twitter), status batere, waktu dan di gambar switch icon di dalemnya ada system settings, log out, lock screen, suspend (semacem stand by) dan shutdown yang juga berisi restart.

Lalu, di Taskbar ini terdapat Dash Home (sejenis Start menu kalo di Windows) dan macem-macem aplikasi seperti Home folder, Mozilla, Ubuntu Software Center, dan lain sebagainya. Sejauh yang gue peratiin, warna shell ini menyesuaikan dirinya dengan Desktop Wallpaper. Lalu, beda dengan Ubuntu versi sebelumnya, kalo kita klik kanan, misalnya ke Home folder, terdapat shortcut ke beberapa folder seperti Downloads, Music, pokoknya yang udah kita bookmark maupun yang udah di bookmark secara otomatis oleh Ubuntu sendiri. Sayangnya, Shell ini ngga bisa dirobah tempatnya, beda dengan Taskbar di Winows ataupun Dock di Mac.

Waktu gue masuk ke Dash Home, ini agak mirip dengan Launchpad yang ada di Mac. Di bagian utama ada recent apps, files, folder, downloads dan semacamnya. Dash ini juga punya tempat sendiri untuk foto, musik, video, dokumen dan sebagainya.

>Customizing
Appearance atau tampilan Ubuntu bisa diatur di menu system settings->appearance. Di situ kita bisa ngatur temanya mau kayak gimana, dan desktop wallpapernya kayak gimana dan behavior shell(=taskbar)nya mau seperti apa. Theme yang aku pake waktu pertama kali masuk ke lingkungan desktop adalah Ambiance (warnanya hitam) dan waktu gue liat yang close-minimize-maximize itu, kan ditaronya di pojok kiri atas, nah, gue pikir tempatnya sama dengan Mac. Yep, naronya juga persis sama.

>Built-in software
Untuk dunia kantor semacem Microsoft Office, udah disediain ama Ubuntu sendiri, nama softwarenya LibreOffice. Menurut gue, tampilannya mirip banget sama MS Office 2003, bisa dibilang kesannya klasik. Disini ngga ada yang namanya grammar checking kayak di MS Office, tapi masih bisa diperbaiki dengan mendownload plug-in untuk LibreOffice.

Untuk browser, defaultnya pake Mozilla Firefox, dan tampilannya gak jauh beda dengan Firefox di OS lain.

Lalu soal entertainment, Ubuntu udah nyediain Rythmbox (sejenis Media Player) sebagai default music player. Sealin itu, ada juga media player untuk memainkan video.

Ubuntu juga udah nyediain semacem App Store bernama Ubuntu Software Center. Disitu kita bisa download sebagian apps, misalnya VLC Media Player, dan Turpial (untuk Twitter).


>Workspace
beda dengan Windows, Ubuntu memiliki virtual desktop/workspace sebanyak 4 buah. Jadi misal, aku lagi buka twitter dan facebook messenger di workspace 1, buka youtube di workspace 2, kerjain tugas di workspace 3 dan blogging di workspace 4! Dengan membagi workspace jadi 4, kerja (sambil diam-diam buka facebook/twitter) jadi lebih gampang kalo di linux! \( ^ ^ )/ #oops!

Untuk info yang lebih jauh, kalian bisa visit www.ubuntu.com. Kalian juga bisa sedikit touring Ubuntu. Yah, selama kalian bisa liat lho. Sebelum oktober ya! =)

-Further oprak-oprek

Oke, sekarang kita coba kupas-kupas buah *eh* *plak* kupas ubuntunya sedikit lebih dalem. Baru sedikit yang aku kupas, misalnya theme-ing.

Dan ternyata, nggak semua bisa didonlot lewat Software Center. Ada juga yang menggunakan source code untuk menginstall software, misalny Cairo-Dock (supaya ada dock seperti Mac) dan harus dijalanin di Terminal (semacem Command Prompt), lalu menggunakan perintah, misalnya sudo apt-get update, lalu sudo apt-get install cairo-dock dan di luar dugaan aku ada banyak banget source code ketimbang dalam bentuk semacem zip (yang ini biasa disebut debian atau .deb) file, yang berarti, Terminal di ubuntu kepake banget. Pada akhirnya mungkin hampir gaada built-in software yang useless.

Terus, jika dibandingin dengan Mac, Ubuntu lebih banyak pake shortcut keys. Gini misal, kalo kalian pencet Control+Alt+Left kalian akan berpindah workspace, kalo Super(Windows)+W kalian dapat bird-view dari satu workspace. Key tersebut bisa dilihat dengan menekan+tahan tombol Super/Windows. Sebetulnya aku mau nambahin touchpad gestures supaya mirip Mac, tapi belum bisa alias gagal. Gue masih mengusahakan supaya berhasil. :)

Selain itu, ternyata ada juga software yang bisa ngejalanin berbagai file Windows yang namanya Wine. Jadi, kita bisa buka software windows dengan menggunakan Wine :D

Tertarik kah kalian ama yang dengan yang cepat, efisien tapi gratis? Download-lah Ubuntu! Kalian yang tukang oprek dan gila Mac tapi gapunya duit (heheh) gaakan rugi kok =333 #recommendeddownload #nofulus #bebasduit #noilegal #banyakbangettagnya #yaaloh #yarobbi #maafkan #ohcukuphentikanlah #ohsusah #gimananih #okekitastopsaja

0 comments:

Post a Comment